Dunia Membuat Gila - Musa Rizal Al Fath
News Update
Loading...

Thursday, December 19, 2019

Dunia Membuat Gila



[TULISAN INI TIDAK UNTUK DIBACA]


Malam ini adalah malam yang berbeda dari malam-malam sebelumnya. Ketika biasanya kebahagiaan datang bersama secerca harapan, maka malam ini adalah malam yang benar-benar berbeda.


Karna di malam ini semua itu tidak ada. Yang biasanya ditemani secangkir kopi hangat dan sebuah semangat, maka malam ini semuanya telah lenyap. Semua yang datang telah pergi.


Gelapnya malam semakin pekat, namun mentari pagi tak kunjung datang. Entahlah... aku mulai terlalu larut dalam masalah yang kian memarah, dan terjebak dalam stigma-stigma realita dunia yang sebenarnya tidak sepenuhnya nyata namun mulai membunuhku secara perlahan dengan menggerogoti jiwa dan menutup hati ini untuk berpikir secara logis dan realistis.


Kini aku sadar tentang betapa beratnya beban hidup yang dihadapkan kepada seseorang. Aku tahu dan aku paham betul tentang bagaimana setiap manusia pasti memiliki beban hidupnya masing-masing.


Tentang betapa terjalnya jalanan, pahitnya sebuah perjuangan, atau mungkin lelahnya melalui hambatan-hambatan yang ada dalam menjalani suatu kehidupan.


Jika dalam tulisan-tulisanku sebelumnya aku adalah orang yang selalu memberikan semangat untuk tetap bertahan dalam setiap keadaan, bangit dari keterpurukan, dan tetap memperjuankan kebaikan meskipun menyakitkan.


Maka kali ini berbeda, hari ini aku adalah orang yang memaklumi kenapa banyak ada orang yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang cukup tragis. Miris memang, seseorang yang mungkin masih panjang perjalanan hidupnya, lebih memilih mati gantung diri atau mungkin memutus pembuluh nadi yang ada dalam pergelangan tangan.


Atau mungkin orang-orang yang memilih meminum minuman keras dugem atau yang lain sebagainya untuk menghilangkan beban pikiran mereka. Atau yang sering terjadi juga, orang yang kehilangan akal sehatnya (gila) setelah normal karena stres berat yang menimpa hidupnya. Hari ini aku katakan secara jujur, aku maklumi itu semua.


Jika kamu mungkin orang yang menganggap atau meremehkan orang-orang yang saya sebutkan di atas, ya itu hak anda. Tapi yang ingin saya katakan pada temen-temen semua adalah setiap orang pasti memiliki permasalahan dalam hidupnya, itu pasti.


Cuman gini, kita tak pernah tahu seberapa berat beban yang sedang dia topang saat ini. Kita tak pernah tahu apa yang sedang dia hadapi selama ini. Kita tak pernah tahu kisah seseorang secara detail dan nyata. Maka jika kita merendahkanya, sama saja kita melihat mereka dengan sebelah mata dan buta akan realita.


Jika mungkin anda adalah orang yang beranggapan bahwa “berat ya berat, tapi ga gitu juga kali” itu hak anda. Tapi saya tegaskan bahwa kita tak pernah tahu kisah hidupnya secara utuh.


Jangan sampai kita menyimpulkan hanya dengan penggalan-penggalan cerita yang pada kenyataannya tak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kayak kita baca sebuah novel, apakah kita bisa menebak ending dari ceritanya dengan hanya membaca paragraf pertama ? tidak mungkin.


Jangan pernah menyamakan kisah hidup kita dengan kisah hidup orang lain. Karna itu sangat berbeda. Jadi jangan dipukul rata. Jika mungkin kita pernah berpikir bahwa hidupku juga berat tapi aku biasa aja, dianya aja yang lebay.


Itu adalah sebuah pola pikir yang salah menurut saya. Kenapa? karna ada banyak faktor dalam penilaian secara adil dan sesuai dengan standar oprasional prosedur yang ada.


Seperti dalam perlombaan misalnya, dalam sebuah karya pasti banyak kategori dalam penilaiannya, misalnya tekstur, bentuk, komposisi, bahan yang digunakan, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan kehidupan kita. Kita tidak bisa menilai sesuatu dari hanya satu sudut pandang saja.


Harus ada faktor-faktor yang kita gunakan agar kita tak salah dalam menilai orang lain. Misalnya, dari bagaimana latar belakang keluarganya, bagaimana kondiri fisik dan ekoniminya, bagaimana perilaku dalam kesehariannya,


kemudian apa saja yang sedang dia hadapi dalam kurun waktu tertentu, apakah dia punya beban trauma masa lalu, atau mungkin bagaimana sifat dan kondisi psikologinya, dan lain sebagainya. Barulah kita bisa menilainya secara adil dan mendekati benar.


Tapi dari pada kita sibuk menilai hidup orang lain, bukankah akan lebih baik jika kita cukup menilai diri kita sendiri saja ? memperbaiki diri kita untuk kehidupan yang lebih baik. Dan menilai orang lain dari sudut pandang positif, agar kita tetap senantiasa bersikap husnudzon dan terhindar dari hal-hal yang justru akan merugikan diri kita  sendiri.


Dan dari pada kita menghujat orang lain, bukankah lebih baik jika kita menyemangatinya, memberinya motivasi, dukungan, dan arahan untuk memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Yaa siapa tau jodoh.





To Be Continue

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
didedikasikan untuk diri sendiri.
Done