Melihat Yang
Tak Terlihat
Shazarft 2020
Seiring dengan penciptaan langit dan bumi, serta
pergantian siang dan malam, sebagai tanda-tanda dahsyatnya kekuasaan Sang
Pencipta Alam. Ditambah lagi dengan segala penciptaan yang penuh akan
kesempurnaan. Menjadi saksi kepada kita semua, bahwa kita bukan siapa-siapa.
Kita tak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan dan izin dari Sang Pencipta
Manusia. Maka betapa angkuhnya kita, jika kita merasa besar akan semua pencapaian
yang telah kita terima, padahal semua itu belum seberapa.
Sudah sejak dahulu kala, dan sudah menjadi rahasia
masyarakat dunia bahwa sebagai seorang manusia, kita tak bisa hidup
sebatangkara. Kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan kerja sama. Saling
berhubungan, saling berinteraksi, dan saling membutuhkan. Tak heran, jika dalam
kehidupan kita, manusia saling melihat dan menyaksikan antara satu dengan yang
lainnya.
Tidaklah Allah menciptakan semua ini tanpa fungsi.
Tidaklah Allah menciptakan semua yang ada dengan sia-sia. Semua punya tujuan,
semua punya makna. Layaknya mata untuk melihat, ataupun telinga untuk mendengar
apa yang ada disekitar kita. Begitupun diri kita, pasti ada tujuan dan
kegunaannya. Soal itu apa, nanti jika
saatnya tiba, kita juga akan tahu dengan sendirinya.
Seperti pada tulisan-tulisan sebelumnya, manusia memang
tidak dilahirkan sempurna. Penuh pencarian, dan mungkin akan tersesat. Tapi
yang pasti, kita diciptakan untuk saling menyempurnakan. Itulah mengapa semua
diciptakan berpasang-pasangan, saling menyeimbangkan. Jadi wajar, jika manusia
melakukan kesalahan, berbuat dosa atau berbuat kerusakan. Yahh.. itu memang
sudah fitrah setiap manusia, karna yang ma’sum kan hanya Rasulullah Salallahu
‘Alihi Wassalam.
Termasuk cara kita melihat sesuatu. Manusia memang
beragam, masing-masing punya pendapat, pendirian, dan sudut pandang yang
berbeda-beda, unik memang. Namun pada realitanya, kebanyakan orang melihat
hanya dari apa yang mereka lihat saja. Tak mau berpikir panjang lebar, dan
sering kali mengambil kesimpulan hanya dari satu sudut pandang. Jauh dari kata
persatuan dan kesatuan bangsa, apalagi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Norma-norma dasar dalam kehidupan, sepertinya sudah mulai di
tinggalkan, entahlah.
Selama kehidupan yang telah kita lalui sampai sejauh ini,
harusnya kita sudah mulai mengerti, tentang bagaimana cara kita menghargai.
Layaknya kita yang tak ingin dilihat sebelah mata, maka mari kita lihat sesuatu
itu tidak hanya dengan sebelah mata. Mulai dari diri kita, membiasakan berbaik
sangka, kepada apapun yang ada di hadapan kita. Waspada itu perlu, tapi berbaik sangka itu wajib.
Baca
juga : Sebening Prasangka
Seberapa tahu sih kita tentang orang lain ? bukankah
setiap manusia punya rahasia ? bukankah selalu ada manusia di balik manusia ? di
dunia internet, ada yang biasa disebut dengan deepweb, internet di dalam
internet. Di dalamnya ada banyak hal yang tak banyak diketahui oleh banyak
orang. Umumnya, user hanya menggunakan internet hanya yang terlihat oleh mata
saja. Padahal di balik itu, ada banyak hal.
icssindia.in
Sama halnya dengan
manusia, kebanyakan orang di dunia hanya melihat orang lain dari apa
yang mereka lihat saja. Kemudian menyimpulkannya lalu menganggapnya suatu
kebenaran. Sejujurnya, kebenaran yang dimaksud itu belum tentu ada. Bisa saja
semua itu hanya ilusi, karna semua orang hidup dalam asumsi.
Yang tahu tentang diri kita, ya hanya Tuhan dan diri kita
sendiri bukan ? seperti yang dikatakan bang Karni Ilyas, bahwa “Tak semua yang
saya tahu dapat saya katakan, dan tak semua yang saya alami dapat saya
ceritakan.” Atau mungkin kutipan dari Albert Einstein “not everything in the
world can be counted, and not everything can be counted truelly count.”
Entah sudah berapa kali kita mendengar, kita melihat, dan
kita menyaksikan. Bagaimana ada banyak orang yang menggunakan kalimat ini “you
just know my name” ; “you only know my name, not my story” ; atau
kalimat-kalimat sejenisnya yang intinya bahwa kita tak lebih tahu mengenai diri
orang lain, selain diri orang lain itu sendiri.
Coba kita lihat, di tulisan sebelumnya “sebening prasangka” udah pernah kita bahas bersama tentang seorang budak. Itu bener-bener
cuman seorang budak. Apa sih hebatnya seorang budak ?? saat kita melihatnya
sebelah mata, pasti ga ada baiknya kan...? tapi dibalik itu semua, ternyata
beliau punya kebiasaan hebat yang tak semua orang bisa melakukannya. Apa itu ?
berbaik sangka. Baik kepada sesama manusia, maupun kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Hingga di akhir cerita, beliau diangkat menjadi seorang Sultan. Mustahil memang,
tapi begitulah adanya.
Maka ayo, kita bikin kebiasaan hebat, yang tak perlu ada
orang lain yang tahu. Bukankah lebih baik dipandang jelek secara cover, tapi
dibalik itu kita punya kebiasaan hebat yang tak pernah ada orang lain yang
tahu. Dari pada kita dipandang baik, padahal dibalik itu semua kita bukan
benar-benar orang yang baik ? well, itu semua pilihan.
Dipandang sebelah mata memang menyakitkan. Kita semua
sudah pernah merasakan. Orang yang tak pernah tahu apa-apa soal kita, ng judge
kita seenaknya seolah dialah yang berkuasa, dasar manusia. Maka, akan sangat
tidak adil jika kita juga melihat orang lain dengan hanya sebelah mata.
Baca juga
: Bukan Urusan Kamu
Akan lebih baik, apabila kita sama-sama melihat semua
yang kita lihat melalui sudut pandang positif, mulai dari diri kita sendiri. Setiap orang punya kisah yang tidak
diketahui oleh orang lain. Soal orang lain melihat kita bagaimana-bagaimana, itu
terserah mereka. Tak perlu membalasnya, bahkan dalam Qur’an surat Ali Imran :
159 Allah udah ngingetin kita yang intinya, maafkan aja mereka, bahkan mohonkankan
ampun untuk mereka, kita ngga ada ruginya kok.
Kita tahu apa yang harus
kita lakukan. Soal diri kita, cukup jalani apa adanya aja. Dan tetap jadilah
diri sendiri, kita berhak punya jalan ninja kita sendiri. Daripada kita hidup
dalam kepura-puaan, hidup dalam kebohongan, atau hidup dengan raga kita namun
dengan jiwa orang lain. Seiring berjalannya waktu, kita akan tahu, siapa yang
bertahan, dan siapa yang satu-persatu pergi meninggalkan. Kita akan tahu siapa
yang pantas kita perjuangkan.
"Bertahanlah jika betah, dan pergilah jika resah"
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletegua resah, makanya gua pergi.. wkwkw
ReplyDeleteKeren niih😂 aku suka jadi diri sendiri wkwk
ReplyDeletehehe harus donk.. ;)
Delete