Apa sih ciri-ciri pribadi muslim yang ideal ? bagaimana sih cara menjadi muslim yang tagguh ?
Seseorang dikatakan sebagai muslim yang ideal apabila bisa
memenuhi sifat yang ada dalam 10 muwashofat. 10 muwashofat adalah sifat atau
kepribadian muslim tangguh yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalam konteks dakwah, setiap pribadi muslim itu berada di
tingkatannya masing-masing. Tapi di manapun kita, yang terpenting adalah
bagaimana usaha kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Berevolusi
menjadi yang lebih baik.
Ya meskipun manusia memang tidak diciptakan sempurna, karna manusia diciptakan untuk saling menyempurnakan.
sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita senantiasa
berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Senantiasa belajar
dan tak pernah merasa besar.
Untuk itu, mari kita pelajari dan terapkan bersama sifat-sifat
pribadi muslim yang ideal yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sifat-sifat tersebut
disederhanakan kira-kira menjadi 10 ciri yang disebut dengan 10 muwashofat.
10 muwashofat, apa saja ?
1. Salimul
Aqidah
Salimul aqidah yaitu aqidah yang bersih. Aqidah adalah
keyakinan atau ketetapan hati seseorang. Jadi, salimul aqidah adalah keyakinan
yang lurus/benar yang dimiliki oleh seorang muslim.
Sederhananya, bagaimana kita bisa menjadi seoranag muslim yang selamat jika keyakinan kita saja tersesat ?
Sederhananya, bagaimana kita bisa menjadi seoranag muslim yang selamat jika keyakinan kita saja tersesat ?
Dengan aqidah yang lurus, seorang muslim akan memiliki
ikatan yang kuat dengan Allah Swt. Aqidah yang lurus ditandai dengan tauhid (keesaan
Allah), muraqabah (merasa diawasi Allah), dan niat yang lurus.
Dengan ikatan yang kuat itu, dia tidak akan menyimpang
dari jalan dan ketentuan-ketentuan Allah. Dengan kebersihan dan kemantapan
aqidah seorang muslim, akan menyertakan segala perbuatannya kepada Allah.
“Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” QS. Al-An’am :
162
Berikut contoh penerapan Salimul Aqidah :
1. Tidak menyekutukan Allah
2. Mengesakan Allah
3. Tidak meminta berkah
dengan mengusap-usap kuburan
4. Senantiasa merasa di
awasi Allah Swt
2. Shahihul
‘Ibadah
Shahihul ibadah yaitu ibadah yang benar (shahih). Apa syarat ibadah dikatakan ibadah yang
benar ? syaraatnya yaitu telah dicontohkan
oleh Nabi. Seperti dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Baihaqi dijelaskan “Shalatlah kalian sebagaimana melihatku sholat.”
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa semua ibadah yang kita
lakukan harus merujuk kepada sunnah Rasulullah Saw yang berarti tidak boleh ditambah,
dikurangi, apalagi dimodifikasi.
Kenapa kita harus beribadah ? dalam QS. Az-Zariyat : 56
dijelaskan bahwa “Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
rela beribadah kepadaKu.”
Lalu, apakah setiap ibadah akan diterima Allah ? coba kita
baca artikel “Sholatmu Untuk Siapa?” di
sana tertulis apa itu Qobulul Ibadah (ibadah yang diterima) dan apa saja syarat-syaratnya.
Berikut contoh penerapan Shahihul Ibadah :
1. Melaksanakan puasa senin
kamis
2. Mengerjakan sholat dhuha sesuai jamnya (tidak habis dzuhur)
3. Tidak sholat roatib ba’dliah
ashar
4. Amar ma’ruf nahi munkar
3. Mattinul Khuluq
Mattinul khuluq yaitu akhlak yang mulia atau akhlak yang
kokoh. Akhlak yang mulia merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap
muslim. Baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan makhluk-makhluk
Allah.
Akhlak yang mulia tanpa disadari akan menjaga diri setiap
pribadi muslim. Dengan akhlak yang mulia, secara otomatis attitude seseorang juga akan
terjaga. Tidak hanya itu, seseorang dengan akhlak yang mulia juga akan
senantiasa merasa diawasi Allah Swt.
Penerapan sederhana dari mattinul khuluq yang akan memberikan
dampak besar dalam kehidupan seseorang salah satunya adalah ghodul bashor (menundukkan pandangan). Mungkin
sepele, tapi ketahuilah itu salah satu hal yang banyak dilalaikan oleh
pemuda-pemuda jaman sekarang.
Berdasarkan data yang dikutip dari muslimah.or.id, Para pakar akhlak bertutur bahwa mata dan hati itu berkaitan erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun akan rusak dan hancur. Hati ini bagaikan tempat sampah yang berisikan segala najis.
Kalau kita membiarkan pandangan lepas, berarti kita memasukkan kegelapan ke dalam hati. Sebaliknya, bila kita menundukkan pandangan karena Allah berarti kita memasukkan cahaya ke dalamnya.
Berdasarkan data yang dikutip dari muslimah.or.id, Para pakar akhlak bertutur bahwa mata dan hati itu berkaitan erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun akan rusak dan hancur. Hati ini bagaikan tempat sampah yang berisikan segala najis.
Kalau kita membiarkan pandangan lepas, berarti kita memasukkan kegelapan ke dalam hati. Sebaliknya, bila kita menundukkan pandangan karena Allah berarti kita memasukkan cahaya ke dalamnya.
4. Qawwiyul
Jism
Qawwiyul jism yaitu fisik yang kuat. Fisik yang kuat
berarti seorang muslim mempunyai daya tahan tubuh sehingga bisa melaksanakan
ajaran Islam dan menjaga Islam itu sendiri secara optimal.
Ibadah-ibadah seperti haji dan menyampaikan ajaran islam
kepada masyarakat (dakwah) juga dilaksanakan dengan fisik yang tangguh, apalagi jihad di
jalan Allah.
Untuk itu, kesehatan dan kekuatan jasmani harus
senantiasa di jaga dan ditingkatkan oleh setiap pribadi muslim. Dengan fisik
yang kuat kita bisa berjuang dengan maksimal, dengan fisik yang sehat kita akan
lebih kebal terhadap penyakit.
Dalam hadits pun juga dikatakan “Mu’min yang kuat lebih
aku cintai daripada mu’min yang lemah” (HR. Muslim)
Berikut contoh penerapan Qawwiyul jism :
1. Olahraga rutin
2. Ikut beladiri
3. Makan dengan teratur
4. Istirahat yang cukup
5. Mutasaqoful
Fikr
Mutasaqoful fikri yaitu berpengetahuan luas. Baik itu
kecerdasan intelektual (IQ) maupun kecerdasan emosional (EQ). Hal ini sudah
jelas mengapa setiap pribadi muslim harus memiliki pengetahuan yang luas.
Memang sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk
menuntut ilmu. Sama seperti yang sudah dikatakan di atas, teruslah belajar dan
jangan merasa besar. Bukankah dalam teori-teori kesuksesan pun juga banyak
disampaikan "jangan berhenti dan terus berjuang" ? bahkan salah satu sifat Rasul
adalah fathonah (cerdas) bukan ?
Banyak sekali keutamaan dari menuntut ilmu. Selain dihitung
sebagai amal kebaikan kita, menuntut ilmulah yang akan menghantarkan kesuksesan
di masa yang akan datang. Dan juga ilmulah yang akan menjaga kita dan menjaga
apa yang kita punya.
Contoh penerapan dari Mutasaqoful fikri ya tentunya dengan
menuntut ilmu. Dengan terus belajar kemudian mengamalkannya. Belajar nggak ada ruginya kok, apalagi salah satu amal yang tidak akan terputus meski kita telah
meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat.
6.
Mujahadah An Nafs
Mujahadatun Linafsihi yaitu berjuang
melawan hawa nafsu. Hal ini sudah sering kita dengar dalam kehidupan kita,
mungkin dari pelajaran sekolah, mungkin dari kajian-kajian, maupun ajakan untuk
tidak memperturutkan hawa nafsu.
Melawan hawa nafsu memang enggak
mudah, apalagi ketika iman kita sedang lemah. Terutama para remaja yang sedang
berada dalam period of strom.
Apa itu period of strom ? menurut psikologi, period of strom adalah
sebutan untuk periode/masa/waktu yang penuh dengan gejolak yang dialami oleh
remaja sebagai masa transisi antara anak-anak menuju dewasa.
Kenapa disebut masa yang penuh
dengan gejolak ? karena pada masa itu, remaja sedang proses mencari jati
dirinya. Dia mengexplore
seluas-luasnya. Dan dalam kondisi itu pula, emosi dan nafsu seseorang berada
dalam puncaknya, tidak stabil dan mudah berubah-ubah.
Maka dari itu, ada
ungkapan “orang hebat bukan orang yang bisa melakukan segalanya, tapi orang
yang mampu melawan hawa nafsunya”. Terutama remaja nih, kalau kita bisa menahan
beratnya melawan hawa nafsu kita diantara melesatnya budaya kekinian di era globalisasi yang semakin tak terbendung,
insyaallah surga di depan mata.
Ayo semangat, kita
kuat... kita tunggu yang halal aja ya, hehe.
Melawan hawa nafsu juga
berkaitan erat dengan sifat atau ciri nomor 3 di atas (matinul khuluq). Attitude
yang baik, akhlak yang baik ditentukan oleh bagaimana kita bisa tidak
memperturutkan hawa nafsu.
Berikut contoh penerapan Mujahadatun Linafsihi :
1.
Berani tampil beda (diantara
merebaknya budaya barat)
2.
Tidak tegoda dengan
harta, tahta, dan wanita
3.
Menjaga diri dan
menjauhi zina
7. Harisun
‘Ala Waktih
Harisun ‘ala waktihi yaitu tertata urusannya atau pandai dalam
mengatur waktu. Perkara waktu memang sangat krusial, Ada yang bilang “waktu adalah pedang”. Bisa memberikan manfaat bisa juga malah
melukai, ya itu tergantung bagaimana si pemilik dari waktu itu sendiri.
Ingat, waktu itu terus berjalan, cepat berlalu dan tak dapat dihentikan. Oleh katena itu, setiap muslim dituntut untuk menejemen waktunya dengan baik.
Ya meskipun kita tidak
perlu terburu-buru dalalam mengatur waktu kita, coba baca “Hanya Soal Waktu” yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menata
waktu kita. jika waktu kita tertata, urusan-urusan kita juga tertata, jika
urusan tertata maka pikiran kita juga akan ringan, tenang, dan tanpa beban.
Berikut contoh penerapan Harisun Ala Waktih :
1.
Memenejemen waktu sebaik mungkin
2.
Disiplin dalam waktu (on time)
3.
Memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk hal-hal yang
bermanfaat
8. Munazhzhamun
Fi Syunihi
Munzhzhamun fi Syunihi
yaitu terartur dalam suatu urusan. Maksudnya, seorang muslim harus disiplin (teratur)
dalam mengerjakan segala kegiatannya maupun kewajiban-kewajiannya. Baik dalam
hal ibadah maupun dalam hal dunia.
Semua dilakukan dengan
profesional, sungguh-sungguh dan dengan penuh tanggungjawab. Sehingga dapat
menyelesaikan urusannya dengan baik dan hasilnya dapat maksimal.
Sifat ini berkaitan
dengan sifat nomor 7 yaitu harisun ala waktihi (pandai dalam mengatur waktu). Jika dua sifat ini kita kabungkan, maka kita akan bisa menata segala urusan kita dan
mengerjakannya sesuai dengan waktunya maisng-masing.
Ini merupakan salah satu
sifat yang dapat menumbuhkan habit atau
kebiasan-kebiasan yang baik.
Oiya, bicara soal teratur. Ada sebuah hadits yang
menjelaskan bahwa amalan yang paling dicintai Allah Swt adalah amalan yang continue walaupun sedikit.
“Akhabbul
‘amali ilallhi ta’ala ad’wamuha wa in kolla”
Jadi, amalan yang sedikit
tapi continue itu lebih dicintai Allah daripada amalan yang besar tapi cuman
sesaat.
Ada juga yang bilang, ketika kita sudah melakukan amalan selama 40 hari berturut-turut maka semisal setelah
40 hari tersebut kita meninggalkan amalan tersebut karnena udzur syar’i maka
kita akan tetap mendapatkan pahala amalan itu meski kita tak melakukannya.
Luar biasa bukan ? maka
ayo, mulai beramal meski sedikit yang penting continue.
9. Qodirun Ala Kasbi
Qodirun ala kasbi yaitu
mandiri (independent). Menurut KBBI, “mandiri” artinya dapat berdiri
sendiri. Mandiri adalah sikap untuk tidak menggantungkan keputusan kepada orang
lain.
Yah... kenapa kita harus
mandiri ? coba kita pahami sifat nomor 10 dari artikel ini “Naafi’un Lighoirihi” yang artinya bermanfaat untuk orang lain. Sekarang gini,
Jika mengurus diri kita sendiri saja belum bisa, bagaimana kita bisa memberikan manfaat untuk orang lain ?
Itulah mengapa setiap muslim
harus bisa hidup mandiri dan tidak membebani orang lain. Mandiri bukan berarti jomblo selamanya lho ya. Mandiri dalam
artian hidup kita tidak bergantung kepada orang lain, kita bisa menjadi pribadi
yang free (independent). Terutama
dalam urusan ekonomi. Jangan sampai karna urusan ekonomi, kita
malah menjual agama dan harga diri kita.
Berikut contoh penerapan qodirun ala kasbi:
1.
Mempunyai pekerjaan
2.
Punya skill (sesuai
passion kita masing-masing)
10. Naafi’un Lighoirihi
Naafi’un Lighoirihi
yaitu bermanfaat untuk orang lain. Ada hadits mengatakan “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.
Hadits tersebut menunjukan bahwa Rasulullah menganjurkan seorang muslim untuk
senantiasa berbuat baik kepada orang lain.
Ini menjadi indikator bagaimana
menjadi mukmin yang sebenarnya. menjadi salah satu sifat dari sepuluh
muwashofat. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfaatannya bagi
orang lain.
Setiap perbuatan
sebenarnya akan kembali kepada orang-orang yang berbuat. Ada yang bilang “yang
kita tanam, itulah yang kita petik” Seperti kita memberikan manfaat untuk orang
lain, maka manfaat itu akan kembali kepada diri kita.
“Jika
kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”
QS.
Al-Isra’ : 7
Seperti yang sudah
disinggung di atas, ada 3 amalan yang akan tidak terputus meskipun kita sudah meninggal dunia.
1. Amal jariah
2.
Ilmu yang bermanfaat
3.
Do’a anak sholeh
Bicara soal
kebermanfaatan, mungkin ada yang bertanya, mengapa Naafi’un Lighoirihi atau
bermanfaat untuk orang lain berada di nomor 10 padahal bukankah bermanfaat
untuk orang lain merupakan salah satu hal yang utama ?
Ya, sebagai seorang
muslim, bermanfaat untuk orang lain merupakan salah satu tujuan atau misi yang
harus kita selesaikan. Tapi itu dilakukan setelah kita sudah clear dengan
urusan-urusan pribadi kita.
Kita dituntut untuk
bersikap disiplin, tekun, bertanggungjawab, dan bersungguh-sungguh mulai dari menuntut
ilmu sampai menyelesaikan segala urusan dengan memenejemen waktu sebaik
mungkin.
Dengan begitu, kita akan
jadi punya banyak kesempatan untuk memberikan manfaat kepada orang lain secara
maksimal tanpa mengurangi atau membebani hidup kita sendiri, karna urusan kita
sudah tertata, sudah selesai.
Ingat, Allah kan
memerintahkan kita untuk melunasi hutang-hutang kita terlebih dahulu sebelum
kita berinfaq atau sodaqoh. Segera selesaikan
urusan pribadi kita dulu, lalu berikan manfaat untuk orang lain.
Bermanfaat bagi orang lain menjadi penutup dari tulisan ini. Di akhir tulisan ini, alhamdulillah kita telah selesai mempelajari 10 ciri atau sifat pribadi seorang muslim yang ideal yang disebut dengan 10 muwashofat.
Bermanfaat bagi orang lain menjadi penutup dari tulisan ini. Di akhir tulisan ini, alhamdulillah kita telah selesai mempelajari 10 ciri atau sifat pribadi seorang muslim yang ideal yang disebut dengan 10 muwashofat.
1. Salimul aqidah
2. Shahihul ibadah
3. Mattinul khuluq
4. Qawwiyul jism
5. Mutasaqoful fikri
6. Mujahadatun Linafsihi
7. Harisun ‘ala waktihi
8. Munzhzhamun fi Syunihi
9. Qodirun ala kasbi
10. Naafi’un Lighoirihi
10 sifat tersebut itu
kayak semacam the perfection, sebuah kesempurnaan. Udah aqidah nya selamat, ibadahnya benar,
akhlaknya baik, fisiknya kuat, mandiri, cerdas, waktu dan urusannya tertata,
bermanfaat lagi buat orang lian. Masyaallah, idamanlah pokoknya.
Yahh.. semoga kita bisa
bisa menerapkan 10 sifat tersebut dalam kehidpan kita ya. Paling enggak, kita
berusaha semaksimalnya untuk bisa menerapkan 10 sifat tersebut. Ga usah
banyak-banyak, 10 itu aja udah cukup kok, hehe..
Semoga tulisan ini bermanfaat,
dapat manambah ilmu dan wawasan kita, maaf jika ada salah, dan silahkan
sisipkan pikiran maupun pendapat teman-teman di kolom komentar ya